Jumat, 13 Juni 2014

Aku, kamu, dia ~ Masih Catatan Nayla

Aku masih ingat hari itu. Dimana saat kau menemaniku dalam tangisku. Aku terlalu bodoh untuk menangisi semua yang terjadi. Tapi satu hal yang tak kulupa, caramu mendengarkanku dan menemaniku dalam tangisku. Aku, kamu, dia.

Ini rumit.

Ya, terlalu rumit. Saat ia pergi dan kau disini mendengarkan aku. Merangkulku dengan segala perkataan bijakmu. Aku masih takut mengartikan ini semua sebagai ‘lain’. Terlalu takut.

Tapi satu hal yang perlu kamu tahu, yang kurasakan akhir-akhir ini memang menakjubkan. Di balik kerapuhanku, ada kamu sebagai seorang yang menenangkan aku dan menyemangati aku. Saat ia pergi dan kau masih disini bersamaku. Rasanya lain.

Nyaman.

Aku memang merasa kehilangan, tapi entah mengapa saat kau disini sejenak aku bisa sedikit melupakan kesedihanku. Selingan candamu, membuat aku terhibur meskipun hati ini masih menangis. Aku tertegun.

Aku takut terjebak dalam perasaan ini. Aku belum menemukan jalan keluar untuk masalahku, dan aku takut mengartikan keberadaanmu disampingku. Aku masih bimbang untuk memilih bertahan atau melepaskan. Lebih sakit mana, melepaskan atau bertahan? Aku belum bisa menjawab.

Dan pada hari itu juga, aku tak berdaya menatap matamu. Sungguh, ada sesuatu yang membiusku untuk lemah jika menatapmu. Ada apa dengan ini semua?

Aku takut jika nanti kau sama saja dengannya, mencampakkan aku lalu pergi. Membuangku begitu saja, dan meninggalkanku dengan hati yang remuk.

Dia alasanku menangis.

Dan kamu alasanku untuk kembali tersenyum.







Dalam bimbangku,

Nayla :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar