Hening malam yang menghanyutkan
Kau larut dalam lamunan
Berbaring sendirian di rerumputan
Menatap cahaya bintang pada langit malam
Kau menikmati waktu
Dan memutar memori masa lalu
Mencoba menarik napas panjang
Lalu mengukir seulas senyuman
Indah
Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan tentangnya
Semua memang terasa indah saat kau bersamanya
Mengingat kala itu,
Saat kau bosan dengan hari-harimu
Ia datang sebagai penyelamat dan membawakan es krim kesukaanmu
Terukir senyum pada bibirmu
Bercanda ria berdua menikmati waktu
Saat kau merasa lelah dengan pekerjaan dan masalahmu
Ia datang menemuimu
Memelukmu, mendengarkan semua keluh kesahmu
Saling menguatkan dan meneguhkan hatimu
Dan lagi-lagi senyumnya membuatmu lega dan bahagia
Entahlah, disaat ia tersenyum dan tertawa
Kau ikut senang dibuatnya
Seolah ia memberi pengaruh besar padamu
Pada hari-harimu, dan juga hatimu
Dan kini semua itu hanya menjadi kenangan
Memori indah pada masa lalumu
"Saat kau melihat bintang di langit ini, mana yang akan kau pilih?"
"Bintang ini sangat banyak, mmm tapi aku pilih yang paling terang," jawabmu girang
"Hahaha, kau yakin?
Pilihlah yang tak pernah padam"
"Tapi kenapa?" tanyamu heran
"Karena yang paling terang belum tentu takkan padam.
Pilihlah bintang yang tak pernah padam, yang selalu menemani malammu.
Yang bisa kau tatap tiada habisnya."
"Untuk apa aku selalu menatap bintang,
bila sekarang aku bisa menatapmu tiada habisnya?"
"Karena...bintang yang tak pernah padam itu adalah... aku.
Saat harimu melelahkan, lihatlah bintang itu.
Maka disitulah aku.
Memberi terang pada gelapmu."
"Baiklah, kalau begitu kupilih bintang yang tak pernah padam untukku."jawabmu sembari tersenyum
Dan itulah memorimu tentangnya
Seseorang yang dulu pernah hadir di hidupmu, yang sangat kau cintai, kau sayangi
Dan kini telah pergi untuk lebih bahagia
Bahagia dalam pelukan Sang Pencipta
Dan begitulah kau mengenangnya
Sebagai bintang yang takkan padam
Dalam langit malammu
Dan lebih dari itu, yaitu
di hatimu yang terdalam
-Semesta-
Didedikasikan untukmu yang jauh di sana
Dan Semesta itu adalah "dia" Dia yang selama ini aku lihat, dia yang selama ini aku peluk,dan dia yang selama ini yang aku kecup. Dan dia semesta yang kucinta
Kamis, 25 Februari 2016
Selasa, 26 Januari 2016
Mungkin dan mungkin
Aku tak tahu apa yang datang
Malam itu seakan jadi malam terpanjang bagiku
Aku tak mengerti apa yang menghampiri
Namun jelas, itu membuatku terjaga hingga pagi
Ketika sang fajar mulai merona dan menyapa
Saat itu pula kau hilang dalam bayang
Masih ku ingat jelas, nada suaramu membisikan namaku lembut
Oh, ini sungguh menyiksaku!
Tapi tunggu dulu...
Bahkan kau pernah menyiksaku lebih buruk dari tangisan malam ini
Ingat?
Ketika kau membuang sepasang gelang pemberianmu tepat di hadapanku
Ketika kau menolak pelukanku dan memilih pergi
Bahkan ketika sumpah serapahmu kau serukan untukku
Sungguh, ini semua konyol!
Mengapa bisa aku mengingat luka yang kau toreh?
Mengapa bisa aku merasakan degub jantungmu dulu?
Mengapa bisa kenangan-kenangan itu tertata rapi di sini?
Siapa sangka bila aku masih menyebut namamu dalam doa
Siapa sangka bila aku masih menitikan air mata untuk kenangan "kita"
Siapa sangka bila aku lelah berlari jauh untuk sekedar melupakan semua
Mungkin aku hanya tersesat dalam lubang besar
Lubang hatiku, yang ku gali sendiri untuk mengubur "kita"
Mungkin aku hanya tersesat di persimpangan jalan
dan kalbu menghalangi arahku menuju jalan pulang
Mungkin hanya aku yang merasakan
Saat kau tak peduli, betapa asing hari-hari kujalani tanpa pelangi
Bilamana harus
Maka aku pergi
Bilamana Waktu bertahta
Inginku memelukmu selagi bisa
-semesta-
25.01.16
Malam itu seakan jadi malam terpanjang bagiku
Aku tak mengerti apa yang menghampiri
Namun jelas, itu membuatku terjaga hingga pagi
Ketika sang fajar mulai merona dan menyapa
Saat itu pula kau hilang dalam bayang
Masih ku ingat jelas, nada suaramu membisikan namaku lembut
Oh, ini sungguh menyiksaku!
Tapi tunggu dulu...
Bahkan kau pernah menyiksaku lebih buruk dari tangisan malam ini
Ingat?
Ketika kau membuang sepasang gelang pemberianmu tepat di hadapanku
Ketika kau menolak pelukanku dan memilih pergi
Bahkan ketika sumpah serapahmu kau serukan untukku
Sungguh, ini semua konyol!
Mengapa bisa aku mengingat luka yang kau toreh?
Mengapa bisa aku merasakan degub jantungmu dulu?
Mengapa bisa kenangan-kenangan itu tertata rapi di sini?
Siapa sangka bila aku masih menyebut namamu dalam doa
Siapa sangka bila aku masih menitikan air mata untuk kenangan "kita"
Siapa sangka bila aku lelah berlari jauh untuk sekedar melupakan semua
Mungkin aku hanya tersesat dalam lubang besar
Lubang hatiku, yang ku gali sendiri untuk mengubur "kita"
Mungkin aku hanya tersesat di persimpangan jalan
dan kalbu menghalangi arahku menuju jalan pulang
Mungkin hanya aku yang merasakan
Saat kau tak peduli, betapa asing hari-hari kujalani tanpa pelangi
Bilamana harus
Maka aku pergi
Bilamana Waktu bertahta
Inginku memelukmu selagi bisa
-semesta-
25.01.16
Langganan:
Postingan (Atom)