Selasa, 26 Januari 2016

Mungkin dan mungkin

Aku tak tahu apa yang datang
Malam itu seakan jadi malam terpanjang bagiku
Aku tak mengerti apa yang menghampiri
Namun jelas, itu membuatku terjaga hingga pagi

Ketika sang fajar mulai merona dan menyapa
Saat itu pula kau hilang dalam bayang
Masih ku ingat jelas, nada suaramu membisikan namaku lembut
Oh, ini sungguh menyiksaku!

Tapi tunggu dulu...
Bahkan kau pernah menyiksaku lebih buruk dari tangisan malam ini
Ingat?
Ketika kau membuang sepasang gelang pemberianmu tepat di hadapanku
Ketika kau menolak pelukanku dan memilih pergi
Bahkan ketika sumpah serapahmu kau serukan untukku

Sungguh, ini semua konyol!
Mengapa bisa aku mengingat luka yang kau toreh?
Mengapa bisa aku merasakan degub jantungmu dulu?
Mengapa bisa kenangan-kenangan itu tertata rapi di sini?

Siapa sangka bila aku masih menyebut namamu dalam doa
Siapa sangka bila aku masih menitikan air mata untuk kenangan "kita"
Siapa sangka bila aku lelah berlari jauh untuk sekedar melupakan semua

Mungkin aku hanya tersesat dalam lubang besar
Lubang hatiku, yang ku gali sendiri untuk mengubur "kita"

Mungkin aku hanya tersesat di persimpangan jalan
dan kalbu menghalangi arahku menuju jalan pulang

Mungkin hanya aku yang merasakan
Saat kau tak peduli, betapa asing hari-hari kujalani tanpa pelangi

Bilamana harus
Maka aku pergi
Bilamana Waktu bertahta
Inginku memelukmu selagi bisa


-semesta-
25.01.16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar